Sebuah
ruang sempit bertanya padaku, “Siapa Anda?” begitu katanya. Eh, siapa aku? Aku
berbalik menanyakan hal serupa pada diriku sendiri. Siapa aku? Aku ini siapa?
Bukan perkara hilang ingatan atau pun hilang kesadaran. Lain ceritanya jika yang
bertanya adala manusia atau bahkan sosok espada, namun yang bertanya adalah ruangan
sempit yang keberadaannya pun tak kuketahui pasti.
“Siapa
Anda?” begitu katanya. “Mengapa Anda begitu banyak meminta?” lanjutnya.
Siapa,
aku? Aku begitu banyak meminta? Aku ya aku. Tentang meminta kupikir tidak. Aku
lebih banyak memberi daripada meminta, aku tahu arti tangan di atas, aku
seorang yang selalu berusaha mengamalkan kebajikan Ueki.
Kau
meminta.
Pada siapa? Orangtua? Apa ruang sempit itu pikiran ibuku? Tapi sejauh ini hal
mustahil ibu tidak ikhlas. Kau meminta.
Bukan ibu, lalu.. kah Rabb-ku?
Aku
terlalu takut menyebut nama itu. Shalatku, shaumku, ibadahku.. hanya untuk
meminta? Lalu presentasenya dengan berterimakasih berapa? Lalu aku, hamba?
Berarti aku tidak merdeka.. belum merdeka.. akankah aku merdeka? Aku ingin
merdeka! Mustahilkah aku merdeka?
Dan,
apa peranku sebagai hamba?
Sunyi.
Ruang sempit itu berbaur dengan dosa dan kemunafikkan. Tak kutemukan jawaban
melainkan sayup kalimat ‘taat’.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar